My Works
Setelah kejutan dibuat dengan merilis album Hurley pada September
2010, para Weezerian kembali dihantam dengan manja oleh Weezer lewat
album baru berjudul Death to False Metal yang rilis akhir Oktober ini. Album ini dirilis berbarengan dengan Pinkerton Deluxe Edition
yang terkemas dalam 2 CD dan berisi lagu-lagu sama pada Pinkerton dan
lagu-lagu live Weezer yang direkam dalam interval waktu tidak lama
setelah Pinkerton dirilis.
Kembali ke Death to False Metal. Album ini pada awalnya akan diberi titel Odds & Ends. Rivers Cuomo mengungkapkan bahwa Death to False Metal ini adalah kompilasi dari lagu-lagu yang belum sempat masuk ke semua 7 album Weezer sebelumnya. "songs that didn't make the first seven Weezer records because they were either too weird or too pop or too metal or too punk.", said Cuomo.
Lalu bagaimana dengan rasa album yang diklaim Cuomo memiliki cita rasa yang pas, tidak terlalu ini dan tidak terlalu itu?. Recorded over the span of Weezer’s career it shows the band at their prime.
Turning Up the Radio
menjadi track pembuka pada album ini. To be honest, I feel so grungey.
Lagu khas Weezer di era 90an dengan isi-isian sound gitar yang khas
Weezer. Lagu yang mencerminkan keresahan Cuomo dalam proses
kreatif membuat lagu. Dari lagu ini terpancar ketakutan dari Cuomo bahwa
lagu-lagu ciptaannya menjadi terlalu rock, terlalu rock&roll,
terlalu funk, bahkan terlalu hip-hop. “Some just weren’t right for the albums we were recording at the time—just a bit ahead of their time or too ‘rock’", said Cuomo. Let
the music play. Let the mohawks grow. We don't care what you say. We're
turnin up the radio. It's the rock, it's the roll. It's the pop, it's
the soul. It's the funk the hip-hop oh DJ don't you stop. It's the hits,
it's the flops. Billie Jean and She Bop. It's the cream of the crop oh
DJ don't you top turn it all the way. Sungguh lirik yang menarik.
Feel gitar khas Weezer terus berlanjut pada track selanjutnya I Don't Want Your Loving
yang seharusnya ada di album Maldroit tahun 2002. Lengkap dengan lirik
goofy khas Weezer dalam menulis lagu cinta. Kekonyolan Weezer dalam
aspek penulisan lirik berlanjut di track ketiga Blowin' My Stack, yang menurut data dari Weezerpedia, seharunya lagu ini masuk pada album Make Believe yang rilis pada 2005.
Track keempat Losing My Mind,
lagu bernuansa gelap yang penuh ungkapan emosional dari Weezer. Jujur
lagu ini versi yang lebih baik dari lagu Unspoken pada album Hurley.
Losing My Mind juga lagu yang seharusnya ada pada album Make Believe.
Track kelima berjudul Everyone, lagu full distorsi yang
lagi-lagi bernuansa grungey 90an. Menurut data yang saya dapat, lagu
ini direkam pertama kali pada era Pinkerton tahun 1998. Lagu yang saya
pikir memiliki pengaruh Nirvana yang sangat besar.
Selanjutnya adalah I'm a Robot pada track keenam. Ya
inilah lagu favorite saya di album ini. Lagu yang fun, simple, jujur
dalam aspek lirik, dan saya merasa lagu ini sedikit lucu. It's a song that can be a catchy pop-rock antics. Ini lagu ketiga yang seharusnya ada di album Make Believe. Lirik yang ditulis oleh Cuomo dialbum ini sungguh jujur.
I
ride the train to work every day. I reach my cubicle about 9 am. I have
to earn money to pay my bills. But I don't know how my life turned out
this way I'm a robot. I don't have any feeling in my heart. I have a
wife and a child waiting at home. Occasionally, I give my dog a bone
(WOOF!). Penulisan lirik yang cerdas nan jujur. Menggambarkan
hal yang nyata bahwa banyak orang cenderung menjadi seperti robot yang
bekerja dan terus bekerja. Robot is people nowadays.
Trampoline
menjadi lagu ketujuh. Diklaim oleh Weezerpedia sebagai salah satu lagu
pop. Namun lagu ini (lagi-lagi) dikemas dengan sound gitar penuh
distorsi khas Weezer. Lagu ini seharusnya ada di album Pinkerton tahun
1998. Lagu selanjutnya Odd Couple yang disusul oleh Autopilot adalah dua lagu yang seharusnya ada di album Red Album tahun 1998.
Album Death to False Metal ditutup dengan lagu cover dari Toni Braxton yang berjudul Unbreak My Heart.
Entah kenapa walaupun aslinya lagu ini bernuansa penuh emosi, tetapi
mendengar bentukan cover dari Weezer ini saya malah merasa lucu dan
tersenyum simpul. Saya pikir, lagu ini menjadi pas sebagai penutup.
Overall, saya berani mengklaim bahwa Weezer telah kembali ke era Pinkerton. Mungkin dirilis berbarengannya album ini dengan Pinkerton Deluxe Edition menjadi sinyal kepada Weezerian that this is Weezer's official come-back record. Even
in a weird way, it's amost like listening to a greates hits compilation
from a band you've never heard, then later you know it was Weezer.
Album
ini juga terasa seperti inilah yang sesungguhnya dirasakan oleh Weezer,
perasaan tentang kejujuran dalam bermusik. Bermusik dengan karakter
sendiri, tanpa tuntutan label, pasar, bahkan tuntutan dari fans sendiri.
Quentin Tarantino, seorang sutradara film-film beraliran cult terkenal pernah berkata "bagian terbaik dari suatu film adalah adegan-adegan yang dihapus". Ya
seperti inilah album ini, lagu-lagu kompilasi yang selama ini disimpan,
lalu dilempar dalam satu album, berakhir menjadi sebuah karya yang
menarik dan berkarakter.
Ya, Quentin Tarantino
bisa berkata seperti diatas. Saya juga berpikiran sama, "bagian terbaik
dari suatu film ataupun video clip adalah adegan-adegan yang disensor".
Mungkin Weezer merasakan sedikit dendam karena album ini berisi
lagu-lagu yang seolah tidak lulus sensor. Karena itulah album ini
akhirnya dirilis sebagai bentuk masturbasi empat orang berandalan dari
Los Angeles.
And my question is still remain for years, Do you think Rivers Cuomo ever gets tired of pissing people off?.
=W= Track List
Standard edition
1. "Turning Up The Radio"
2. "I Don't Want Your Loving"
3. "Blowin' My Stack"
4. "Losing My Mind"
5. "Everyone"
6. "I'm a Robot"
7. "Trampoline"
8. "Odd Couple"
9. "Autopilot"
10. "Un-Break My Heart" (Toni Braxton cover)
Masturbasi Weezer di album Death to False Metal
Manifestasi Pikiran +
Wall of Shame
Setelah kejutan dibuat dengan merilis album Hurley pada September
2010, para Weezerian kembali dihantam dengan manja oleh Weezer lewat
album baru berjudul Death to False Metal yang rilis akhir Oktober ini. Album ini dirilis berbarengan dengan Pinkerton Deluxe Edition
yang terkemas dalam 2 CD dan berisi lagu-lagu sama pada Pinkerton dan
lagu-lagu live Weezer yang direkam dalam interval waktu tidak lama
setelah Pinkerton dirilis.
Kembali ke Death to False Metal. Album ini pada awalnya akan diberi titel Odds & Ends. Rivers Cuomo mengungkapkan bahwa Death to False Metal ini adalah kompilasi dari lagu-lagu yang belum sempat masuk ke semua 7 album Weezer sebelumnya. "songs that didn't make the first seven Weezer records because they were either too weird or too pop or too metal or too punk.", said Cuomo.
Lalu bagaimana dengan rasa album yang diklaim Cuomo memiliki cita rasa yang pas, tidak terlalu ini dan tidak terlalu itu?. Recorded over the span of Weezer’s career it shows the band at their prime.
Turning Up the Radio
menjadi track pembuka pada album ini. To be honest, I feel so grungey.
Lagu khas Weezer di era 90an dengan isi-isian sound gitar yang khas
Weezer. Lagu yang mencerminkan keresahan Cuomo dalam proses
kreatif membuat lagu. Dari lagu ini terpancar ketakutan dari Cuomo bahwa
lagu-lagu ciptaannya menjadi terlalu rock, terlalu rock&roll,
terlalu funk, bahkan terlalu hip-hop. “Some just weren’t right for the albums we were recording at the time—just a bit ahead of their time or too ‘rock’", said Cuomo. Let
the music play. Let the mohawks grow. We don't care what you say. We're
turnin up the radio. It's the rock, it's the roll. It's the pop, it's
the soul. It's the funk the hip-hop oh DJ don't you stop. It's the hits,
it's the flops. Billie Jean and She Bop. It's the cream of the crop oh
DJ don't you top turn it all the way. Sungguh lirik yang menarik.
Feel gitar khas Weezer terus berlanjut pada track selanjutnya I Don't Want Your Loving
yang seharusnya ada di album Maldroit tahun 2002. Lengkap dengan lirik
goofy khas Weezer dalam menulis lagu cinta. Kekonyolan Weezer dalam
aspek penulisan lirik berlanjut di track ketiga Blowin' My Stack, yang menurut data dari Weezerpedia, seharunya lagu ini masuk pada album Make Believe yang rilis pada 2005.
Track keempat Losing My Mind,
lagu bernuansa gelap yang penuh ungkapan emosional dari Weezer. Jujur
lagu ini versi yang lebih baik dari lagu Unspoken pada album Hurley.
Losing My Mind juga lagu yang seharusnya ada pada album Make Believe.
Track kelima berjudul Everyone, lagu full distorsi yang
lagi-lagi bernuansa grungey 90an. Menurut data yang saya dapat, lagu
ini direkam pertama kali pada era Pinkerton tahun 1998. Lagu yang saya
pikir memiliki pengaruh Nirvana yang sangat besar.
Selanjutnya adalah I'm a Robot pada track keenam. Ya
inilah lagu favorite saya di album ini. Lagu yang fun, simple, jujur
dalam aspek lirik, dan saya merasa lagu ini sedikit lucu. It's a song that can be a catchy pop-rock antics. Ini lagu ketiga yang seharusnya ada di album Make Believe. Lirik yang ditulis oleh Cuomo dialbum ini sungguh jujur.
I
ride the train to work every day. I reach my cubicle about 9 am. I have
to earn money to pay my bills. But I don't know how my life turned out
this way I'm a robot. I don't have any feeling in my heart. I have a
wife and a child waiting at home. Occasionally, I give my dog a bone
(WOOF!). Penulisan lirik yang cerdas nan jujur. Menggambarkan
hal yang nyata bahwa banyak orang cenderung menjadi seperti robot yang
bekerja dan terus bekerja. Robot is people nowadays.
Trampoline
menjadi lagu ketujuh. Diklaim oleh Weezerpedia sebagai salah satu lagu
pop. Namun lagu ini (lagi-lagi) dikemas dengan sound gitar penuh
distorsi khas Weezer. Lagu ini seharusnya ada di album Pinkerton tahun
1998. Lagu selanjutnya Odd Couple yang disusul oleh Autopilot adalah dua lagu yang seharusnya ada di album Red Album tahun 1998.
Album Death to False Metal ditutup dengan lagu cover dari Toni Braxton yang berjudul Unbreak My Heart.
Entah kenapa walaupun aslinya lagu ini bernuansa penuh emosi, tetapi
mendengar bentukan cover dari Weezer ini saya malah merasa lucu dan
tersenyum simpul. Saya pikir, lagu ini menjadi pas sebagai penutup.
Overall, saya berani mengklaim bahwa Weezer telah kembali ke era Pinkerton. Mungkin dirilis berbarengannya album ini dengan Pinkerton Deluxe Edition menjadi sinyal kepada Weezerian that this is Weezer's official come-back record. Even
in a weird way, it's amost like listening to a greates hits compilation
from a band you've never heard, then later you know it was Weezer.
Album
ini juga terasa seperti inilah yang sesungguhnya dirasakan oleh Weezer,
perasaan tentang kejujuran dalam bermusik. Bermusik dengan karakter
sendiri, tanpa tuntutan label, pasar, bahkan tuntutan dari fans sendiri.
Quentin Tarantino, seorang sutradara film-film beraliran cult terkenal pernah berkata "bagian terbaik dari suatu film adalah adegan-adegan yang dihapus". Ya
seperti inilah album ini, lagu-lagu kompilasi yang selama ini disimpan,
lalu dilempar dalam satu album, berakhir menjadi sebuah karya yang
menarik dan berkarakter.
Ya, Quentin Tarantino
bisa berkata seperti diatas. Saya juga berpikiran sama, "bagian terbaik
dari suatu film ataupun video clip adalah adegan-adegan yang disensor".
Mungkin Weezer merasakan sedikit dendam karena album ini berisi
lagu-lagu yang seolah tidak lulus sensor. Karena itulah album ini
akhirnya dirilis sebagai bentuk masturbasi empat orang berandalan dari
Los Angeles.
And my question is still remain for years, Do you think Rivers Cuomo ever gets tired of pissing people off?.
=W= Track List
Standard edition
1. "Turning Up The Radio"
2. "I Don't Want Your Loving"
3. "Blowin' My Stack"
4. "Losing My Mind"
5. "Everyone"
6. "I'm a Robot"
7. "Trampoline"
8. "Odd Couple"
9. "Autopilot"
10. "Un-Break My Heart" (Toni Braxton cover)
Maaf jika judul saya berlebihan. Tapi ada baiknya saya bisa
berpikiran dan berprilaku bijak menanggapi suatu peristiwa. Kita semua
pasti tahu ungkapan bijak dari para orang tua yang sudah turun menurun,
bahwa setiap peristiwa pasti memiliki hikmah. Sebagai manusia kita
harus bisa berlapang dada menerima dampak buruk dari suatu peristiwa,
disaat yang sama kita harus bijak mencerna makna dan hikmah yang entah
tersembunyi atau tampak jelas dari suatu peristiwa.
Kata
para pakar, ahli, dan praktisi, Indonesia adalah negara yang rawan
bencana karena negara ini tepat berdiri diatas tiga lempengan. Tulisan
ini tidak akan membahas soal teknis geologis dan geofisika. Tetapi
rentetan bencana yang dimulai dari banjir bandang di Wasior, Papua, yang
dilanjutkan dengan gempa dan tsunami yang terjadi di Mentawai, lalu
langsung dihantam dengan meletusnya Gunung Merapi di perbatasan
Jogjakarta-Jawa Tengah, jelas menampar dengan keras aspek kemanusiaan
setiap warga bangsa ini.
Semua pihak bersedih. Semua
pihak berempati, lintas kalangan dan golongan semuanya berdoa untuk
saudara-saudara kita yang tertimpa bencana. Tetapi di dalam segala
sedih, empati, dan keprihatinan yang melanda, tentu ada hikmah baik dari
rentetan bencana yang dikreasikan dengan cantik oleh Tuhan.
Penanganan Bencana
Pemerintah
dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendapat kritik tajam
karena buruk dan lambatnya dalam menangani bencana gelombang tsunami
di Kepulauan Mentawai. Bahkan hingga empat hari setelah bencana
tsunami, banyak pengungsi mengeluh bahwa bantuan tidak terdistribusi
dengan baik, termasuk bantuan makanan yang amat sangat telat.
Berbagai
masalah dialami oleh para relawan berbagai macam. Mulai dari hambatan
cuaca buruk seperti gelombang tinggi dari hujan dan badai seperti
menjadi 'excuse' yang menyebabkan bantuan terlambat datang. Sebagai
manusia bijak publik tidak mungkin bisa menyalahkan cuaca. Tetapi
seringkali juga bantuan datang terlambat karena infrastruktur yang amat
sangat buruk untuk mobilisasi para relawan. Buruknya infrastruktur
apakah masih bisa diterima?. Saya pikir tidak, buruknya infrastruktur
jelas menjadi bukti bahwa ketimpangan masih terus terjadi.
Ketimpangan Terjadi Karena Undang-Undang
Jika
kita bicara ketidakadilan sungguh sudah berlangsung terlalu lama di
negeri ini. Para pendiri bangsa dengan begitu mulianya merumuskan
Undang-Undang Agraria dalam UUD 1945 namun diselewengkan oleh rezim orde
baru. Demi kepentingan ekonomi dan stabilitas politik, Soeharto (yang
akan diangkat menjadi pahlawan nasional) membagi-bagi aset alam kepada
korporasi dalam dan luar negeri, termasuk kroninya.
UU Agraria Nomor 5 Tahun 1960
itu bahkan tidak dikoreksi oleh pemerintahan (yang katanya) reformis
saat ini. Bahkan pemerintah saat ini cenderung melanjutkan dan
menguatkannya. Menurut data Kompas (30/10/10) Kepala Badan Pertanahan
Nasional mengklaim, 56% aset yang ada di Indonesia, berupa properti, tanah, ataupun perkebunan hanya dikuasai oleh 0.2 persen penduduk Indonesia. Pemerintah bahkan telah memberikan 42 juta hektar hutan kepada 301 perusahaan hak pengusahaan hutan dan 262 unit perusahaan hutan tanaman industri.
Jaringan
Advokasi Tambang (Jatam) menyebutkan bahwa 35 persen daratan Indonesia
diizinkan untuk dibongkar oleh industri pertambangan. Sawit Watch
menyatakan, hingga Juni 2010 pemerintah telah memberikan 9,4 juta hektar
tanah dan akan mencapai 26,7 juta hektar pada 2020 kepada 30 grup yang
mengontrol 600 perusahaan. Luas itu setara dengan tanah yang
dikuasai oleh 26,7 juta petani miskin jika setiap petani memiliki tanah 1
hektar. Padahal, masih banyak petani kita yang tak memiliki tanah atau
menguasai tanah di bawah 0,5 hektar.
Belum lagi masalah penguasaan aset alam. Sebanyak 85,4 persen dari 137 konsesi minyak dan gas kita dikuasai oleh asing.
Penguasaan asing di sektor pertambangan, perkebunan, dan perikanan
juga meningkat. Ironisnya, eksploitasi berlebihan terhadap alam
dilakukan demi memenuhi kebutuhan konsumsi negara lain. Menurut data
Kompas. Batu bara sebagai misal; 82,52 persen dari 246 juta ton
batu bara Indonesia diekspor. Bandingkan dengan China yang memproduksi
2.761 juta ton dan hanya mengekspor 1,7 persen. Sisanya, 98,3 persen,
digunakan untuk kepentingan domestik. (World Coal Institute, 2008).
Belum
lagi ketimpangan dan ketidakadilan lain yang terus berlangsung di
negeri ini. Saya tidak perlu menulisnya lagi, akan menghasilkan tulisan
yang sangat panjang dan tentu akan menjadikan tulisan ini keluar dari
fokusnya.
Infrastruktur Saja Pemerintah Tidak Mampu?
Saya
pernah membaca suatu tulisan atau tepatnya laporan bahwa kemajuan
suatu bangsa tercemin dari infrastruktur yang dipunyai. Entah itu
fasilitas publik yang prima, infrastruktur jalan yang baik, atau
infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang baik. Yang membuat
Kekaisaran Roma menjadi menakutkan di masa lalu karena inisiatif mereka
membangun jalanan-jalanan yang baik di masanya, yang pada akhirnya
memudahkan ekspansi dan invasi mereka ke kerajaan-kerajaan lain.
Bagaimana dengan Indonesia?.
Tidak usah saya
mengambil contoh kasus yang jauh, contohnya di lingkungan tempat saya
tinggal. Banyak jalanan yang amat sangat parah. Baru dibetulkan jika ada
tekanan hebat dari masyarakat sekitar, misalkan jalanan yang rusak
parah, disaat hujan besar yang menyebabkan banjir, masyarakat inisiatif
menjadikan jalanan rusak itu sebagai tempat mancing, sebagai tindakan
demo kepada pemerintah daerah.
Penanganan bencana yang
telat tidak mungkin terjadi jika pembangunan infrastruktur di Indonesia
dilakukan secara merata dan adil. Tidak peduli seburuk apapun
cuaca yang sedang berlangsung, jika di semua tempat ada landasan
helikopter yang sesuai standar, jika disemua tempat akses jalanan
terkondisi dengan baik, otomatis tidak akan mengganggu mobilitas bantuan.
Begitu juga dengan masalah infrastruktur dan fasilitas penunjang
lainnya seperti ketersediaan rumah sakit yang layak disetiap pelosok Indonesia, ketersediaan pengungsian darurat yang layak. Begitu malunya pemerintah melihat kenyataan bantuan datang
terlambat karena mereka telat memikirkan betapa pentingnya infrastruktur
yang merata di seluruh wilayah kesatuan Indonesia.
Hikmah
dari bencana ini adalah rakyat semakin sadar bahwa ketidakadilan
agraria, ketimpangan ekonomi dan infrastruktur terus berlangsung di
negeri ini. Dan rakyat (harusnya) semakin sadar bahwa pemerintah tidak
jauh beda dengan pemerintah dzolim.
Hikmah Dari Politisi TOLOL
Ditengah
haru biru masyarakat atas tiga bencana yang datang beruntun, seketika
muncul komentar fenomenal namun terkesan tolol dari politisi di gedung
kura-kura. Sang politisi tersebut mengatakan bahwa tsunami di Mentawai
adalah konsekuensi warga yang hidup di pulau. Seperti yang dilansir
dari DetikCom.
"Siapa pun yang takut kena
ombak jangan tinggal di pinggir pantai. Sekarang kalau tinggal di
Mentawai ada peringatan dini dua jam sebelumnya, sempat nggak
meninggalkan pulau?" , ungkap politisi tolol itu.
Lalu
ditambah dengan ungkapan seorang politisi yang masih dari gedung
kura-kura yang menanggapi lambatnya penanganan bencana justru malah
murni menyalahkan lambatnya kinerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB).
Belum lagi ulah anggota yang lagi-lagi
dari gedung kura-kura yang berangkat diam-diam ke Italia dengan dalih
studi banding disaat bencana sedang melanda. Seolah para anggota
teranjing itu tidak pernah mengenal metode membaca literatur,
menganalisis alur sejarah, atau mengundang pakar dan ahli untuk melakuka
studi atas suatu kasus. Rakyat pasti bingung, kalo tolol kok bisa jadi
wakil rakyat?.
Rakyat harus berterima kasih
kepada Tuhan. Bahwa bencana beruntun ini memberikan hikmah dan kesadaran
bahwa para politisi dan para wakil rakyat di Indonesia masih busuk. Mungkin
kita sepakat bahwa tidak semua pejabat dan wakil rakyat memiliki
mental korup, tetapi kita semua pasti sepakat bahwa mereka semua pada
dasarnya ignorance.
Hikmah Rasa Persaudaraan Meningkat
Begitu hebatnya orang Indonesia. Ya itulah yang saya rasakan. Begitu
hebatnya masyarakat korban tsunami Mentawai yang berinisiatif sendiri
untuk melakukan evakuasi dan pencarian korban yang mereka lakukan
dengan fasilitas seadanya. Begitu hebatnya mereka bertahan di
pengungsian yang seadaanya, dengan pelayanan kesehatan yang seadanya
pula, dan persediaan makanan, minuman, pakaian, dan air bersih yang
seadanya. Mereka seolah tidak pernah peduli begitu lambatnya bantuan
dari pemerintah yang mereka pilih sepenuh hati pada Pemilu 2009 lalu.
Begitu hebatnya masyarakat Indonesia, tanpa komando dan tanpa pamer-pamer citra bergerak cepat menggalang dana bantuan. Mobilisasi empati terjadi lintas batas, lintas jarak, dan lintas kalangan. Masyarakat
bergerak cepat tanpa suara untuk membantu korban Wasior, Mentawai, dan
Merapi. Mereka menggalang dana dan bantuan lain tanpa pidato-pidato,
tanpa pretensi politik. Benar-benar murni dari rakyat untuk rakyat.
Walaupun masyarakat Indonesia cenderung reaksioner dan emosional. Mudah
ingat, mudah lupa, mudah berempati lalu reda sendiri. Tetapi paling
tidak rentetan bencana ini semakin memperat rasa persaudaraan sesama.
Dan semoga bencana-bencana yang terjadi semakin menyadarkan masyarakat
bahwa pemerintah yang dipilih pada Pemilu lalu telah gagal dari segala
aspek untuk mensejahterakan rakyatnya. Bagaiman mau mensejahterakan, lah
untuk membantu saja lambatnya bukan main.
Semua elemen
pemerintah harus betul-betul belajar dari penanganan bencana yang
dilakukan oleh Jepang. Fakta bahwa Jepang telah berhasil membentuk UU
Penanganan Bencana yang kuat telah terbukti. Tindakan konkrit yang
dilakukan adalah penerapan setiap bangunan wajib dibuat dengan
konstruksi tahan gempa. Pemerintah Jepang terus menguapayakan dengan
cepat untuk menambah kekuatan konstruksi rumah dan fasilitas sosial.
Takeshihi Muronaga, Sekertaris II Kedubes Jepang untuk Indonesia, pada tahun 2006 pernah mengatakan
"kita tidak dapat mencegah terjadinya badai dan gempa bumi. Kewajiban
kita adalah berusaha untuk menekan dan terus menekan jumlah korban terus
berkurang dari satu bencana ke bencana berikutnya".
Drama
haru yang dilakukan pemimpin negeri ini seolah tidak ada gunanya.
Statement agar di negeri ini rakyat menjadi tuan tanah, tuan yang
memiliki bumi dan air yang terkandung di dalamnya (Kompas, 21/10/10)
seolah menjadi omong kosong. Presiden tidak perlu ragu mengubah secara
mendasar arah pengelolaan sumber-sumber agraria untuk kepentingan rakyat
banyak dan kepentingan antargenerasi. Saatnya Presiden menyatakan
perang atas ketidakadilan agraria dan ketimpangan infrastruktur yang
menghambat penanganan bencana secara sungguh-sungguh dan bukan hanya
untuk kepentingan pencitraan semata.
Jangan
pernah berpikir bahwa dengan mengharu biru dengan menangis didepan
kamera akan dianggap peduli, punya naluri sensitif terhadap penderitaan,
dan dianggap berani. Haru biru itu justru semakin memperlihatkan kegelisahannya atas ketidakmampuannya menangani negeri ini semakin jelas terlihat.
Semoga
rakyat di negeri diberi kesabaran ekstra atas ujian bencana dari
Tuhan. Semoga rakyat semakin sadar lalu bergerak untuk menghantam
rezim-rezim pelayan orang asing di negeri ini. Karena sesungguhnya,
betapapun cobaan yang menghantam kita, selama cobaan itu tidak membuat
kita sebagai bangsa musnah, kita akan semakin kuat.
Angin barat berhembus dianggap hawa surga. Gunung api meletus, air mata dan sujud langsung dikultus.
Terima Kasih Atas Bencananya Tuhan!
Manifestasi Pikiran +
Wall of Shame
Maaf jika judul saya berlebihan. Tapi ada baiknya saya bisa
berpikiran dan berprilaku bijak menanggapi suatu peristiwa. Kita semua
pasti tahu ungkapan bijak dari para orang tua yang sudah turun menurun,
bahwa setiap peristiwa pasti memiliki hikmah. Sebagai manusia kita
harus bisa berlapang dada menerima dampak buruk dari suatu peristiwa,
disaat yang sama kita harus bijak mencerna makna dan hikmah yang entah
tersembunyi atau tampak jelas dari suatu peristiwa.
Kata
para pakar, ahli, dan praktisi, Indonesia adalah negara yang rawan
bencana karena negara ini tepat berdiri diatas tiga lempengan. Tulisan
ini tidak akan membahas soal teknis geologis dan geofisika. Tetapi
rentetan bencana yang dimulai dari banjir bandang di Wasior, Papua, yang
dilanjutkan dengan gempa dan tsunami yang terjadi di Mentawai, lalu
langsung dihantam dengan meletusnya Gunung Merapi di perbatasan
Jogjakarta-Jawa Tengah, jelas menampar dengan keras aspek kemanusiaan
setiap warga bangsa ini.
Semua pihak bersedih. Semua
pihak berempati, lintas kalangan dan golongan semuanya berdoa untuk
saudara-saudara kita yang tertimpa bencana. Tetapi di dalam segala
sedih, empati, dan keprihatinan yang melanda, tentu ada hikmah baik dari
rentetan bencana yang dikreasikan dengan cantik oleh Tuhan.
Penanganan Bencana
Pemerintah
dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendapat kritik tajam
karena buruk dan lambatnya dalam menangani bencana gelombang tsunami
di Kepulauan Mentawai. Bahkan hingga empat hari setelah bencana
tsunami, banyak pengungsi mengeluh bahwa bantuan tidak terdistribusi
dengan baik, termasuk bantuan makanan yang amat sangat telat.
Berbagai
masalah dialami oleh para relawan berbagai macam. Mulai dari hambatan
cuaca buruk seperti gelombang tinggi dari hujan dan badai seperti
menjadi 'excuse' yang menyebabkan bantuan terlambat datang. Sebagai
manusia bijak publik tidak mungkin bisa menyalahkan cuaca. Tetapi
seringkali juga bantuan datang terlambat karena infrastruktur yang amat
sangat buruk untuk mobilisasi para relawan. Buruknya infrastruktur
apakah masih bisa diterima?. Saya pikir tidak, buruknya infrastruktur
jelas menjadi bukti bahwa ketimpangan masih terus terjadi.
Ketimpangan Terjadi Karena Undang-Undang
Jika
kita bicara ketidakadilan sungguh sudah berlangsung terlalu lama di
negeri ini. Para pendiri bangsa dengan begitu mulianya merumuskan
Undang-Undang Agraria dalam UUD 1945 namun diselewengkan oleh rezim orde
baru. Demi kepentingan ekonomi dan stabilitas politik, Soeharto (yang
akan diangkat menjadi pahlawan nasional) membagi-bagi aset alam kepada
korporasi dalam dan luar negeri, termasuk kroninya.
UU Agraria Nomor 5 Tahun 1960
itu bahkan tidak dikoreksi oleh pemerintahan (yang katanya) reformis
saat ini. Bahkan pemerintah saat ini cenderung melanjutkan dan
menguatkannya. Menurut data Kompas (30/10/10) Kepala Badan Pertanahan
Nasional mengklaim, 56% aset yang ada di Indonesia, berupa properti, tanah, ataupun perkebunan hanya dikuasai oleh 0.2 persen penduduk Indonesia. Pemerintah bahkan telah memberikan 42 juta hektar hutan kepada 301 perusahaan hak pengusahaan hutan dan 262 unit perusahaan hutan tanaman industri.
Jaringan
Advokasi Tambang (Jatam) menyebutkan bahwa 35 persen daratan Indonesia
diizinkan untuk dibongkar oleh industri pertambangan. Sawit Watch
menyatakan, hingga Juni 2010 pemerintah telah memberikan 9,4 juta hektar
tanah dan akan mencapai 26,7 juta hektar pada 2020 kepada 30 grup yang
mengontrol 600 perusahaan. Luas itu setara dengan tanah yang
dikuasai oleh 26,7 juta petani miskin jika setiap petani memiliki tanah 1
hektar. Padahal, masih banyak petani kita yang tak memiliki tanah atau
menguasai tanah di bawah 0,5 hektar.
Belum lagi masalah penguasaan aset alam. Sebanyak 85,4 persen dari 137 konsesi minyak dan gas kita dikuasai oleh asing.
Penguasaan asing di sektor pertambangan, perkebunan, dan perikanan
juga meningkat. Ironisnya, eksploitasi berlebihan terhadap alam
dilakukan demi memenuhi kebutuhan konsumsi negara lain. Menurut data
Kompas. Batu bara sebagai misal; 82,52 persen dari 246 juta ton
batu bara Indonesia diekspor. Bandingkan dengan China yang memproduksi
2.761 juta ton dan hanya mengekspor 1,7 persen. Sisanya, 98,3 persen,
digunakan untuk kepentingan domestik. (World Coal Institute, 2008).
Belum
lagi ketimpangan dan ketidakadilan lain yang terus berlangsung di
negeri ini. Saya tidak perlu menulisnya lagi, akan menghasilkan tulisan
yang sangat panjang dan tentu akan menjadikan tulisan ini keluar dari
fokusnya.
Infrastruktur Saja Pemerintah Tidak Mampu?
Saya
pernah membaca suatu tulisan atau tepatnya laporan bahwa kemajuan
suatu bangsa tercemin dari infrastruktur yang dipunyai. Entah itu
fasilitas publik yang prima, infrastruktur jalan yang baik, atau
infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang baik. Yang membuat
Kekaisaran Roma menjadi menakutkan di masa lalu karena inisiatif mereka
membangun jalanan-jalanan yang baik di masanya, yang pada akhirnya
memudahkan ekspansi dan invasi mereka ke kerajaan-kerajaan lain.
Bagaimana dengan Indonesia?.
Tidak usah saya
mengambil contoh kasus yang jauh, contohnya di lingkungan tempat saya
tinggal. Banyak jalanan yang amat sangat parah. Baru dibetulkan jika ada
tekanan hebat dari masyarakat sekitar, misalkan jalanan yang rusak
parah, disaat hujan besar yang menyebabkan banjir, masyarakat inisiatif
menjadikan jalanan rusak itu sebagai tempat mancing, sebagai tindakan
demo kepada pemerintah daerah.
Penanganan bencana yang
telat tidak mungkin terjadi jika pembangunan infrastruktur di Indonesia
dilakukan secara merata dan adil. Tidak peduli seburuk apapun
cuaca yang sedang berlangsung, jika di semua tempat ada landasan
helikopter yang sesuai standar, jika disemua tempat akses jalanan
terkondisi dengan baik, otomatis tidak akan mengganggu mobilitas bantuan.
Begitu juga dengan masalah infrastruktur dan fasilitas penunjang
lainnya seperti ketersediaan rumah sakit yang layak disetiap pelosok Indonesia, ketersediaan pengungsian darurat yang layak. Begitu malunya pemerintah melihat kenyataan bantuan datang
terlambat karena mereka telat memikirkan betapa pentingnya infrastruktur
yang merata di seluruh wilayah kesatuan Indonesia.
Hikmah
dari bencana ini adalah rakyat semakin sadar bahwa ketidakadilan
agraria, ketimpangan ekonomi dan infrastruktur terus berlangsung di
negeri ini. Dan rakyat (harusnya) semakin sadar bahwa pemerintah tidak
jauh beda dengan pemerintah dzolim.
Hikmah Dari Politisi TOLOL
Ditengah
haru biru masyarakat atas tiga bencana yang datang beruntun, seketika
muncul komentar fenomenal namun terkesan tolol dari politisi di gedung
kura-kura. Sang politisi tersebut mengatakan bahwa tsunami di Mentawai
adalah konsekuensi warga yang hidup di pulau. Seperti yang dilansir
dari DetikCom.
"Siapa pun yang takut kena
ombak jangan tinggal di pinggir pantai. Sekarang kalau tinggal di
Mentawai ada peringatan dini dua jam sebelumnya, sempat nggak
meninggalkan pulau?" , ungkap politisi tolol itu.
Lalu
ditambah dengan ungkapan seorang politisi yang masih dari gedung
kura-kura yang menanggapi lambatnya penanganan bencana justru malah
murni menyalahkan lambatnya kinerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB).
Belum lagi ulah anggota yang lagi-lagi
dari gedung kura-kura yang berangkat diam-diam ke Italia dengan dalih
studi banding disaat bencana sedang melanda. Seolah para anggota
teranjing itu tidak pernah mengenal metode membaca literatur,
menganalisis alur sejarah, atau mengundang pakar dan ahli untuk melakuka
studi atas suatu kasus. Rakyat pasti bingung, kalo tolol kok bisa jadi
wakil rakyat?.
Rakyat harus berterima kasih
kepada Tuhan. Bahwa bencana beruntun ini memberikan hikmah dan kesadaran
bahwa para politisi dan para wakil rakyat di Indonesia masih busuk. Mungkin
kita sepakat bahwa tidak semua pejabat dan wakil rakyat memiliki
mental korup, tetapi kita semua pasti sepakat bahwa mereka semua pada
dasarnya ignorance.
Hikmah Rasa Persaudaraan Meningkat
Begitu hebatnya orang Indonesia. Ya itulah yang saya rasakan. Begitu
hebatnya masyarakat korban tsunami Mentawai yang berinisiatif sendiri
untuk melakukan evakuasi dan pencarian korban yang mereka lakukan
dengan fasilitas seadanya. Begitu hebatnya mereka bertahan di
pengungsian yang seadaanya, dengan pelayanan kesehatan yang seadanya
pula, dan persediaan makanan, minuman, pakaian, dan air bersih yang
seadanya. Mereka seolah tidak pernah peduli begitu lambatnya bantuan
dari pemerintah yang mereka pilih sepenuh hati pada Pemilu 2009 lalu.
Begitu hebatnya masyarakat Indonesia, tanpa komando dan tanpa pamer-pamer citra bergerak cepat menggalang dana bantuan. Mobilisasi empati terjadi lintas batas, lintas jarak, dan lintas kalangan. Masyarakat
bergerak cepat tanpa suara untuk membantu korban Wasior, Mentawai, dan
Merapi. Mereka menggalang dana dan bantuan lain tanpa pidato-pidato,
tanpa pretensi politik. Benar-benar murni dari rakyat untuk rakyat.
Walaupun masyarakat Indonesia cenderung reaksioner dan emosional. Mudah
ingat, mudah lupa, mudah berempati lalu reda sendiri. Tetapi paling
tidak rentetan bencana ini semakin memperat rasa persaudaraan sesama.
Dan semoga bencana-bencana yang terjadi semakin menyadarkan masyarakat
bahwa pemerintah yang dipilih pada Pemilu lalu telah gagal dari segala
aspek untuk mensejahterakan rakyatnya. Bagaiman mau mensejahterakan, lah
untuk membantu saja lambatnya bukan main.
Semua elemen
pemerintah harus betul-betul belajar dari penanganan bencana yang
dilakukan oleh Jepang. Fakta bahwa Jepang telah berhasil membentuk UU
Penanganan Bencana yang kuat telah terbukti. Tindakan konkrit yang
dilakukan adalah penerapan setiap bangunan wajib dibuat dengan
konstruksi tahan gempa. Pemerintah Jepang terus menguapayakan dengan
cepat untuk menambah kekuatan konstruksi rumah dan fasilitas sosial.
Takeshihi Muronaga, Sekertaris II Kedubes Jepang untuk Indonesia, pada tahun 2006 pernah mengatakan
"kita tidak dapat mencegah terjadinya badai dan gempa bumi. Kewajiban
kita adalah berusaha untuk menekan dan terus menekan jumlah korban terus
berkurang dari satu bencana ke bencana berikutnya".
Drama
haru yang dilakukan pemimpin negeri ini seolah tidak ada gunanya.
Statement agar di negeri ini rakyat menjadi tuan tanah, tuan yang
memiliki bumi dan air yang terkandung di dalamnya (Kompas, 21/10/10)
seolah menjadi omong kosong. Presiden tidak perlu ragu mengubah secara
mendasar arah pengelolaan sumber-sumber agraria untuk kepentingan rakyat
banyak dan kepentingan antargenerasi. Saatnya Presiden menyatakan
perang atas ketidakadilan agraria dan ketimpangan infrastruktur yang
menghambat penanganan bencana secara sungguh-sungguh dan bukan hanya
untuk kepentingan pencitraan semata.
Jangan
pernah berpikir bahwa dengan mengharu biru dengan menangis didepan
kamera akan dianggap peduli, punya naluri sensitif terhadap penderitaan,
dan dianggap berani. Haru biru itu justru semakin memperlihatkan kegelisahannya atas ketidakmampuannya menangani negeri ini semakin jelas terlihat.
Semoga
rakyat di negeri diberi kesabaran ekstra atas ujian bencana dari
Tuhan. Semoga rakyat semakin sadar lalu bergerak untuk menghantam
rezim-rezim pelayan orang asing di negeri ini. Karena sesungguhnya,
betapapun cobaan yang menghantam kita, selama cobaan itu tidak membuat
kita sebagai bangsa musnah, kita akan semakin kuat.
Angin barat berhembus dianggap hawa surga. Gunung api meletus, air mata dan sujud langsung dikultus.
PRINT AD : Nike Indonesia Fantasy Copywriting + Wall of Shame
Pada tahun 2009, saya untuk pertama kalinya menangani order membuat Corporate Identity atau saya lebih suka menyebutnya dengan Visual Identity. Order ini adalah order profesional pertama saya. Profesional dalam arti ini proyek yang menghasilkan uang untuk saya, bukan sekedar proyek thank you yang biasa terjalin antara saya dan teman-teman. Ya uang yang dihasilkan lumayan cukup, walaupun tidak bisa dikatakan besar.
Klien ini ada sebuah perusahaan Furniture Provider. Dengan core business dalam bidang perkayuan dan furniture, sang klien ingin membuat Corporate Identity karena perusahaan ini telah terdaftar di Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian, artinya perusahaan ini harus memiliki identitasnya sendiri.
Akhirnya lewat proses beberapa kali revisi dan deal yang alot, terciptalah rangkaian Corporate Identity di bawah ini yang terdiri dari Logo Perusahaan, design Business Card dan Letterhead.
Logo
Filosofi Logo :
Logo di atas terdiri dari elemen logo yang terangkai dari tipografi dan nama perusahaan itu sendiri. Tipografi logo dibuat menyerupai bangku kayu 4 kaki, dimana bangku tersebut menjadi representasi huruf M yang mewakili huruf pertama dari nama perusahaan ini. Bangku kayu dibuat dengan warna coklat tua dan coklat muda yang menjadi representasi warna kayu. Bangku tersebut dihiasi elemen lingkaran yang bermakna kelangsungan perusahaan ini akan seperti lingkaran, terus berputar sebagai representasi eksistensinya yang tidak akan punah.
Tipografi pada "MESAT" dibuat dengan warna merah darah yang bermakna bahwa perusahaan ini kini berani untuk melakukan ekspansi bisnis yang lebih luas. Sementara khusus untuk huruf E didesign terbalik dan berwarna coklat tua yang bermakna E = Economically yang juga menjadi representasi tagline perusahaan Beautfiul Living, Less Cost. Dimana klien perusahaan ini nantinya akan mendapatkan layanan dan produk bermutu tinggi dengan harganya yang terjangkau.
Berikut adalah design Kartu Nama dan Kop Surat (klik gambar untuk memperbesar) :
Visual Identity : Mesat Bangun
Visual Identity +
Wall of Shame
Pada tahun 2009, saya untuk pertama kalinya menangani order membuat Corporate Identity atau saya lebih suka menyebutnya dengan Visual Identity. Order ini adalah order profesional pertama saya. Profesional dalam arti ini proyek yang menghasilkan uang untuk saya, bukan sekedar proyek thank you yang biasa terjalin antara saya dan teman-teman. Ya uang yang dihasilkan lumayan cukup, walaupun tidak bisa dikatakan besar.
Klien ini ada sebuah perusahaan Furniture Provider. Dengan core business dalam bidang perkayuan dan furniture, sang klien ingin membuat Corporate Identity karena perusahaan ini telah terdaftar di Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian, artinya perusahaan ini harus memiliki identitasnya sendiri.
Akhirnya lewat proses beberapa kali revisi dan deal yang alot, terciptalah rangkaian Corporate Identity di bawah ini yang terdiri dari Logo Perusahaan, design Business Card dan Letterhead.
Logo
Filosofi Logo :
Logo di atas terdiri dari elemen logo yang terangkai dari tipografi dan nama perusahaan itu sendiri. Tipografi logo dibuat menyerupai bangku kayu 4 kaki, dimana bangku tersebut menjadi representasi huruf M yang mewakili huruf pertama dari nama perusahaan ini. Bangku kayu dibuat dengan warna coklat tua dan coklat muda yang menjadi representasi warna kayu. Bangku tersebut dihiasi elemen lingkaran yang bermakna kelangsungan perusahaan ini akan seperti lingkaran, terus berputar sebagai representasi eksistensinya yang tidak akan punah.
Tipografi pada "MESAT" dibuat dengan warna merah darah yang bermakna bahwa perusahaan ini kini berani untuk melakukan ekspansi bisnis yang lebih luas. Sementara khusus untuk huruf E didesign terbalik dan berwarna coklat tua yang bermakna E = Economically yang juga menjadi representasi tagline perusahaan Beautfiul Living, Less Cost. Dimana klien perusahaan ini nantinya akan mendapatkan layanan dan produk bermutu tinggi dengan harganya yang terjangkau.
Berikut adalah design Kartu Nama dan Kop Surat (klik gambar untuk memperbesar) :
developing writing ability. take interest in anything. idea comes from anything. understand the difference between any things . always deliver short. be realistic about capabilities. being a dreamer. always think opposite. listen to instincts. never seek praise, always seek criticism. never be afraid. always have fun. maintain the big passion and grow it up bigger biggest.
writing.copy.copy.writing
Fantasy Copywriting +
Manifestasi Pikiran
developing writing ability. take interest in anything. idea comes from anything. understand the difference between any things . always deliver short. be realistic about capabilities. being a dreamer. always think opposite. listen to instincts. never seek praise, always seek criticism. never be afraid. always have fun. maintain the big passion and grow it up bigger biggest.
Saya pribadi masih ingat dengan jelas, setiap hari masa libur sekolah 15 tahun yang lalu, saya sungguh dapat merasakan betapa bentuk persahabatan bersama teman-teman sekomplek melalui berbagai macam permainan tradisional. Setiap malam kami bermain Galah Asin, Petak Umpet, Tap Jongkok, dan yang lainnya. Sementara pada pagi siang atau sore kami bermain Egrang, Kelereng, bahkan bermain Balap Karung walaupun bukan pada saat 17an. Saya merasakan permainan tradisional memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat tinggi. Anak laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan keputusan dalam permainan. Semua permainan dimulai dengan kesepakatan dengan melakukan Hompimpa. Satu dengan lainnya saling menghormati, saling menghargai, saling berjiwa besar menerima keputusan bersama.
Tapi 15 tahun berselang, tepatnya saat ini, sangat sulit sekali menemukan sekelompok anak-anak bermain berbagai macam permainan tradisional, paling tidak di lingkungan tempat tinggal saya saat ini.
Permainan tradisional tergantikan oleh permainan modern yang bertumpu pada kecanggihan teknologi, bukan pada ketersediaan berbagai hal di sekeliling kita. Permainan modern yang cenderung bersifat tertutup dan individualistis dan tentunya mahal perlahan tapi pasti menggerus eksistensi permainan tradisional yang sejujurnya dapat meletakan dasar-dasar moral dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai kebersamaan, spontanitas, sportivitas, dan kompetisi yang positif seakan tergantikan.
Maka dari itulah muncul ide untuk membuat campaign public service announcement (PSA) ini. (ceritanya) PSA ini dihelat oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Tentu bertujuan untuk membangkitkan kembali gairah dan hegemoni permainan tradisional agar menyentuk masyarakat pedesaan maupun perkotaan dalam berbagai lapis golongan.
Sebenarnya masih banyak permainan tradisional lain yang tidak dapat saya gambarkan secara visual. Eksekusi visual dari campaign ini juga terkesan sederhana cenderung tidak menarik. Tapi saya tetap berpegang dari teori seorang Paul Arden, "ide yang baik adalah ide yang terlaksana dan sudah menjadi kenyataan. Seburuk apapun hasil dari ide baik tersebut, tetap ide itu adalah ide yang baik karena sudah terlaksana".
Moral Tradisional
Fantasy Copywriting +
Wall of Shame
Saya pribadi masih ingat dengan jelas, setiap hari masa libur sekolah 15 tahun yang lalu, saya sungguh dapat merasakan betapa bentuk persahabatan bersama teman-teman sekomplek melalui berbagai macam permainan tradisional. Setiap malam kami bermain Galah Asin, Petak Umpet, Tap Jongkok, dan yang lainnya. Sementara pada pagi siang atau sore kami bermain Egrang, Kelereng, bahkan bermain Balap Karung walaupun bukan pada saat 17an. Saya merasakan permainan tradisional memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat tinggi. Anak laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan keputusan dalam permainan. Semua permainan dimulai dengan kesepakatan dengan melakukan Hompimpa. Satu dengan lainnya saling menghormati, saling menghargai, saling berjiwa besar menerima keputusan bersama.
Tapi 15 tahun berselang, tepatnya saat ini, sangat sulit sekali menemukan sekelompok anak-anak bermain berbagai macam permainan tradisional, paling tidak di lingkungan tempat tinggal saya saat ini.
Permainan tradisional tergantikan oleh permainan modern yang bertumpu pada kecanggihan teknologi, bukan pada ketersediaan berbagai hal di sekeliling kita. Permainan modern yang cenderung bersifat tertutup dan individualistis dan tentunya mahal perlahan tapi pasti menggerus eksistensi permainan tradisional yang sejujurnya dapat meletakan dasar-dasar moral dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai kebersamaan, spontanitas, sportivitas, dan kompetisi yang positif seakan tergantikan.
Maka dari itulah muncul ide untuk membuat campaign public service announcement (PSA) ini. (ceritanya) PSA ini dihelat oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Tentu bertujuan untuk membangkitkan kembali gairah dan hegemoni permainan tradisional agar menyentuk masyarakat pedesaan maupun perkotaan dalam berbagai lapis golongan.
Sebenarnya masih banyak permainan tradisional lain yang tidak dapat saya gambarkan secara visual. Eksekusi visual dari campaign ini juga terkesan sederhana cenderung tidak menarik. Tapi saya tetap berpegang dari teori seorang Paul Arden, "ide yang baik adalah ide yang terlaksana dan sudah menjadi kenyataan. Seburuk apapun hasil dari ide baik tersebut, tetap ide itu adalah ide yang baik karena sudah terlaksana".
Tapi 15 tahun berselang, tepatnya saat ini, sangat sulit sekali menemukan sekelompok anak-anak bermain berbagai macam permainan tradisional, paling tidak di lingkungan tempat tinggal saya saat ini.
Permainan tradisional tergantikan oleh permainan modern yang bertumpu pada kecanggihan teknologi, bukan pada ketersediaan berbagai hal di sekeliling kita. Permainan modern yang cenderung bersifat tertutup dan individualistis dan tentunya mahal perlahan tapi pasti menggerus eksistensi permainan tradisional yang sejujurnya dapat meletakan dasar-dasar moral dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai kebersamaan, spontanitas, sportivitas, dan kompetisi yang positif seakan tergantikan.
Maka dari itulah muncul ide untuk membuat campaign public service announcement (PSA) ini. (ceritanya) PSA ini dihelat oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Tentu bertujuan untuk membangkitkan kembali gairah dan hegemoni permainan tradisional agar menyentuk masyarakat pedesaan maupun perkotaan dalam berbagai lapis golongan.
Sebenarnya masih banyak permainan tradisional lain yang tidak dapat saya gambarkan secara visual. Eksekusi visual dari campaign ini juga terkesan sederhana cenderung tidak menarik. Tapi saya tetap berpegang dari teori seorang Paul Arden, "ide yang baik adalah ide yang terlaksana dan sudah menjadi kenyataan. Seburuk apapun hasil dari ide baik tersebut, tetap ide itu adalah ide yang baik karena sudah terlaksana".
Sejujurnya saya ingin sekali menjadi bagian dari generasi baru Indonesia. Generasi yang tidak pernah patah arang. Tapi kenyataannya saya hanyalah bagian dari generasi yang melawan dalam diam yang takut akan kematian.
Tidak ada gunanya cerita heroik tentang Soekarno, Tan Malaka, Syahrir, dan Jendral Soedirman. Karena sikap patah arang kita, mereka-mereka orang besar hanya menjadi wayang usang. Tak ada gunanya mereka jadi legenda perjuangan, jika kita malas berjuang.
Saya tidak ingin menjadi bagian dari pemuda Indonesia yang patah angan. Membiarkan diri terbuai dengan cinta dan imajinasi kasih sayang dari orang asing. Cerita-cerita tentang figur-figur perkasa nan penyayang seolah tidak berguna.
Saya selalu takut jika menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang mimpi dan gagasannya taklut karena kelaparan, hilang karena ketidak sanggupan menyentuh pendidikan, hilang moral karena serbuan kultur asing. Saya tidak mau menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang abal. Di negeri sendiri hanya menjadi kacung tukang bersih sandal.
Saya yakin pemuda Indonesia tidak mudah dipecah perang saudara. Saya yakin pemuda Indonesia tidak ingin menjadi tentara partikelir yang berlagak pahlawan padahal hanya diperalat elit-elit biadab. Dan saya yakin, pemuda Indonesia bukanlah generasi penjilat pantat-pantat.
Sumpah (saya) pemuda bukan Sampah.
Sumpah (saya) Pemuda bukan Sampah
Manifestasi Pikiran
Sejujurnya saya ingin sekali menjadi bagian dari generasi baru Indonesia. Generasi yang tidak pernah patah arang. Tapi kenyataannya saya hanyalah bagian dari generasi yang melawan dalam diam yang takut akan kematian.
Tidak ada gunanya cerita heroik tentang Soekarno, Tan Malaka, Syahrir, dan Jendral Soedirman. Karena sikap patah arang kita, mereka-mereka orang besar hanya menjadi wayang usang. Tak ada gunanya mereka jadi legenda perjuangan, jika kita malas berjuang.
Saya tidak ingin menjadi bagian dari pemuda Indonesia yang patah angan. Membiarkan diri terbuai dengan cinta dan imajinasi kasih sayang dari orang asing. Cerita-cerita tentang figur-figur perkasa nan penyayang seolah tidak berguna.
Saya selalu takut jika menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang mimpi dan gagasannya taklut karena kelaparan, hilang karena ketidak sanggupan menyentuh pendidikan, hilang moral karena serbuan kultur asing. Saya tidak mau menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang abal. Di negeri sendiri hanya menjadi kacung tukang bersih sandal.
Saya yakin pemuda Indonesia tidak mudah dipecah perang saudara. Saya yakin pemuda Indonesia tidak ingin menjadi tentara partikelir yang berlagak pahlawan padahal hanya diperalat elit-elit biadab. Dan saya yakin, pemuda Indonesia bukanlah generasi penjilat pantat-pantat.
Sumpah (saya) pemuda bukan Sampah.
Tidak ada gunanya cerita heroik tentang Soekarno, Tan Malaka, Syahrir, dan Jendral Soedirman. Karena sikap patah arang kita, mereka-mereka orang besar hanya menjadi wayang usang. Tak ada gunanya mereka jadi legenda perjuangan, jika kita malas berjuang.
Saya tidak ingin menjadi bagian dari pemuda Indonesia yang patah angan. Membiarkan diri terbuai dengan cinta dan imajinasi kasih sayang dari orang asing. Cerita-cerita tentang figur-figur perkasa nan penyayang seolah tidak berguna.
Saya selalu takut jika menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang mimpi dan gagasannya taklut karena kelaparan, hilang karena ketidak sanggupan menyentuh pendidikan, hilang moral karena serbuan kultur asing. Saya tidak mau menjadi bagian dari generasi pemuda Indonesia yang abal. Di negeri sendiri hanya menjadi kacung tukang bersih sandal.
Saya yakin pemuda Indonesia tidak mudah dipecah perang saudara. Saya yakin pemuda Indonesia tidak ingin menjadi tentara partikelir yang berlagak pahlawan padahal hanya diperalat elit-elit biadab. Dan saya yakin, pemuda Indonesia bukanlah generasi penjilat pantat-pantat.
Sumpah (saya) pemuda bukan Sampah.
Karya ini ceritanya tentang pelaksanaan event musik yang bertajuk Beat it Gravity, a Tribute to Michael Jackson. Dengan rentetan sponsor yang wah, event ini diharapkan meriah dengan partisipasi berbagai musisi top lokal yang akan menaransemen ulang lagu-lagu Michael Jackson dari tahun 1958-2009. Berikut adalah beberapa contoh poster dan ambient. Saya tidak posting semua!.
Poster Utama
Poster 2
Ambient.
Beat It Gravity
Fantasy Copywriting +
Wall of Shame
Karya ini ceritanya tentang pelaksanaan event musik yang bertajuk Beat it Gravity, a Tribute to Michael Jackson. Dengan rentetan sponsor yang wah, event ini diharapkan meriah dengan partisipasi berbagai musisi top lokal yang akan menaransemen ulang lagu-lagu Michael Jackson dari tahun 1958-2009. Berikut adalah beberapa contoh poster dan ambient. Saya tidak posting semua!.
Poster Utama
Poster 2
Ambient.
Sudah 82 gelaran Academy Award, atau yang kita kenal dengan Oscar digelar, dari gelaran pertama sampai gelaran terakhir pada 7 Maret 2010 lalu tidak ada penghargaan yang berkonsep the Best Disguise in movie.
Kenapa harus ada penghargaan seperti ini?. Ya karena faktanya film-film yang bertema superhero dengan identitas ganda masih ramai dirilis ke pasaran. Dari Superman ke Spiderman, lalu ada juga Batman dan Ironman, sampai ke film-film superhero dari Jepang. Idealnya, ada penghargaan seperti ini.
Well, maka dari itu saya berinisiatif menjadi penggagas penghargaan ini. Dari sekian banyak film-film yang bertema superhero yang mempunyai identitas ganda, maka menyusut lah menjadi 3 nominator peraih penghargaan ini. Siapakah mereka?, paparan mengenai ketiganya ada di bawah ini.
1. Clark Kent / Superman
Siapa di bumi ini yang tidak mengenal Clark Kent?. Seseorang yang berasal dari planet Krypton, yang diasuh oleh keluarga Kent yang menemukannya dalam sebuah tabung Sputnik. Nama Clark Kent menjadi nama resmi sebagai orang biasa untuk menyembunyikan jatidiri aslinya sebagai Superman.
2. Usagi Tsukino / Sailor Moon
Usagi Tsukino adalah seorang pelajar putri cengeng yang hidup di Tokyo di abad 20an. Kehidupan Usagi yang normal berubah drastis ketika dalam perjalanannya menuju sekolah, ia menemukan seekor kucing hitam bernama Luna yang akhirnya memberi Usagi sebuah alat untuk berubah menjadi Sailor Moon. "Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukumnya", kalimat yang di ucapkan saat ia sedang beraksi.
3. John Jackson Parr / Jack-Jack
Jack-Jack adalah anak terakhir dari Robert Parr sang Mr Incredible. Balita yang mempunyai kekuatan merubah wujud dan kekuatan-kekuatan lain yang tumbuh seiring umurnya. Even his hari never needs hair gel to be like that.
Dari ketiga nominasi tersebut, saya memutuskan.
The Perfect Disguise in Movie award goes to :
Usagi Tsukino / Sailor Moon
Damn. Three hundred episodes later and the enemies still don't know her identity. What a damn perfect disguise.
the Perfect Disguise Award Goes to ...
Random Thought
Sudah 82 gelaran Academy Award, atau yang kita kenal dengan Oscar digelar, dari gelaran pertama sampai gelaran terakhir pada 7 Maret 2010 lalu tidak ada penghargaan yang berkonsep the Best Disguise in movie.
Kenapa harus ada penghargaan seperti ini?. Ya karena faktanya film-film yang bertema superhero dengan identitas ganda masih ramai dirilis ke pasaran. Dari Superman ke Spiderman, lalu ada juga Batman dan Ironman, sampai ke film-film superhero dari Jepang. Idealnya, ada penghargaan seperti ini.
Well, maka dari itu saya berinisiatif menjadi penggagas penghargaan ini. Dari sekian banyak film-film yang bertema superhero yang mempunyai identitas ganda, maka menyusut lah menjadi 3 nominator peraih penghargaan ini. Siapakah mereka?, paparan mengenai ketiganya ada di bawah ini.
1. Clark Kent / Superman
Siapa di bumi ini yang tidak mengenal Clark Kent?. Seseorang yang berasal dari planet Krypton, yang diasuh oleh keluarga Kent yang menemukannya dalam sebuah tabung Sputnik. Nama Clark Kent menjadi nama resmi sebagai orang biasa untuk menyembunyikan jatidiri aslinya sebagai Superman.
2. Usagi Tsukino / Sailor Moon
Usagi Tsukino adalah seorang pelajar putri cengeng yang hidup di Tokyo di abad 20an. Kehidupan Usagi yang normal berubah drastis ketika dalam perjalanannya menuju sekolah, ia menemukan seekor kucing hitam bernama Luna yang akhirnya memberi Usagi sebuah alat untuk berubah menjadi Sailor Moon. "Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukumnya", kalimat yang di ucapkan saat ia sedang beraksi.
3. John Jackson Parr / Jack-Jack
Jack-Jack adalah anak terakhir dari Robert Parr sang Mr Incredible. Balita yang mempunyai kekuatan merubah wujud dan kekuatan-kekuatan lain yang tumbuh seiring umurnya. Even his hari never needs hair gel to be like that.
Dari ketiga nominasi tersebut, saya memutuskan.
The Perfect Disguise in Movie award goes to :
Usagi Tsukino / Sailor Moon
Damn. Three hundred episodes later and the enemies still don't know her identity. What a damn perfect disguise.